Home » , » PDIP Tuding Puisi Fadli Zon Didesain Serang Jokowi

PDIP Tuding Puisi Fadli Zon Didesain Serang Jokowi

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Fadli Zon kembali membuat puisi berjudul 'Raisopopo'. Hal itupun mendapatkan reaksi dari PDI Perjuangan.
Wakil Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan puisi yang disampaikan Fadli Zon memang di desain sebagai bentuk serangan terhadap Jokowi.
Ia mengungkapkan puisi dalam tradisi Indonesia dipakai untuk menyampaikan kritik sosial, atau pengungkapan jiwa kepahlawanan. Bahkan menjadi genderang perang atas berbagai bentuk ketidakadilan.
"Namun ditangan Fadli Zon telah menjadi alat perang orang per orang," kata Hasto dalam keterangannya, Rabu (16/4/2014).
Hasto pun teringat pendapat teman seorang ahli psikologi yang mengatakan perilaku seseorang akan dipengaruhi lingkaran sosial terdekatnya.
"Seseorang yang biasa berada dilingkaran  yang menggemari peperangan, akan cenderung menjadikan segala sesuatunya sebagai alat perang. Sebaliknya, seseorang yang berada di lingkungan yang menghormati keindahan alam, akan cenderung memiliki sikap welas asih terhadap seluruh alam ciptaan," ungkap Hasto
Ia pun mengungkapkan apa yang disampaikan Fadli Zon tersebut merupakan pemaksaan kaidah sastra untuk keperluan perang. Akibatnya, kata Hasto, tidak hanya kekacauan logika, namun pemutarbalikan fakta.
"Aku raisopopo seharusnya menjadi ungkapan kejujuran seorang pemimpin bahwa tanpa rakyat, pemimpin memang tidak bisa apa-apa. Demikian halnya dalam wayang. Wayang merupakan potret dan ritual kehidupan. Di dalamnya ada sengkuni yang sukanya mengadu domba orang. Di dalamnya ada Duryudana, yang menyukai keangkaramurkaan, menghalalkan berbagai macam cara untuk melanggengkan kekuasaan, termasuk penculikan," jelasnya.
PDI Perjuangan, kata Hasto, tetap berkeyakinan bahwa dalam strategi pemenangan pemilu yang terbaik hanyalah bergerak satu arah memenangkan hati nurani rakyat.
Karena itulah, ujar Hasto, PDIP lebih memilih membuat puisi kehidupan, guna menggelorakan kembali semangat perjuangan rakyat untuk melawan berbagai bentuk ketidakadilan.
"Menjadi manusia yang sejati adalah manusia yang memiliki kerendahan hati sehingga sikapnya tidak menyombongkan diri. Dengan sikap itu, meski dia merasa tidak bisa apa-apa, dengan rakyat kenyataannya menjadi bisa melakukan segalanya," imbuhnya.
"Manusia sejatinya adalah  seseorang yang tidak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa, dan bukan siapa-siapa  ( ra nduwe opo-opo, ora isoopo-opo lan dudu sopo-sopo)," tambahnya.
Hasto  menuturkan sejatinya manusia memang  wayang yang digerakkan Sang Dalang, Dalang Kehidupan, Semesta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
Ia juga mengatakan manusia hanyalah lakon, dan bukan dalang. Sangat berbahaya ketika manusia merasa menjadi dalang, karena itulah bisa melakukan segalanya menjadi sah untuk kehendaknya.
"Pak Jokowi lebih memilih berbagi mimpi, berbagi harapan dengan aksi nyata. Bukan hanya di belakang meja. Hanya mereka yang punya mata hati yang bisa melihat niat suci. Bekerja dengan hati. Menjadi teladan Dan bukan hanya menjual slogan," pungkasnya. (tribunnews)
Share this article :
 
Support : Enlightening Your Life With Us |
Copyright © 2012. Ramadhanus - All Rights Reserved
Supported by Gradasi Learning Institute
Jl. T. Nyak Arief No. 11 Lamnyong Banda Aceh, 085277471136 or 085260816081