Home » , » Tamarrud, Zionis dan Upaya Kudeta Atas Hamas

Tamarrud, Zionis dan Upaya Kudeta Atas Hamas

Sukses melengserkan gerakan Islam dan presiden Muhammad Mursi dari pemerintahan di Mesir, popularitas gerakan Tamarrud kian meningkat. Pengaruh gerakan pemberontakan ini tak hanya dirasakan di Mesir. Namun telah merambah ke negara Arab Spring lain seperti Tunisia. 

Di jalur Gaza Palestina gerakan ini juga muncul sebagai upaya perlawanan menjatuhkan pemerintahan Hamas. Beberapa waktu lalu beredar sebuah video yang berisi pernyataan Tamarrud Gaza terkait penentangannya terhadap Hamas. Mereka memberikan batas waktu 11 November kepada Hamas untuk melepaskan kekuasaan karena dituding telah melakukan kekerasan dan penyiksaan.

Namun dalam waktu yang cukup singkat kedok gerakan yang mengaku berbasis rakyat sipil Gaza ini terungkap. Baru-baru ini intelijen Hamas berhasil membongkar keterlibatan Zionis yang mendalangi gerakan pemberontakan ini. Keamanan Gaza dilaporkan telah berhasil menangkap sejumlah orang yang menamai diri mereka sebagai Tamarrud Gaza yang akhirnya diketahui mereka ternyata binaan Mossad.

Seperti dilansir Info Palestina, mereka yang tertangkap mengaku bekerja sebagai mata-mata penjajah Zionis dan bekerja atas arahan langsung dari dinas intelijen Zionis di samping dari dinas intelijen Ramallah.

Terbongkarnya gembong pemberontakan ini merupakan kegagalan upaya pihak-pihak Zionis yang ingin mengobrak-abrik kekuatan dan stabilitas Gaza. Sekaligus menunjukkan bahwa posisi dan peran Hamas sebagai ujung tombak kedaulatan Palestina di Gaza masih sangat kuat.

Surat Kabar "New York Times" Amerika edisi Minggu (25/8) mengupas situasi terkini yang terjadi di Timur Tengah, terutama Mesir dan Suriah serta dampaknya terhadap Jalur Gaza. New York Times mengungkap bahwa Hamas merupakan gerakan yang kuat di Gaza dan tidak bisa dijatuhkan, berbeda dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Diantara sebab tidak mampunya kekuatan-kekuatan lain menggeser posisi Hamas adalah karena kuatnya popularitas gerakan Islam ini di kalangan rakyat Palestina di Jalur Gaza. Hamas juga memiliki kontrol keamanan yang kuat dan handal untuk melindungi Gaza, disamping itu juga memiliki banyak lembaga layanan sehingga kehadirannya benar-benar dirasakan dalam realitas kehidupan rakyat Gaza.

Pengaruh Hamas -menurut surat kabar ini- mulai terlihat di kawasan sejak meletusnya konflik di Suriah, yang akhirnya menyebabkan terputusnya hubungan Hamas dengan 2 sekutu kuatnya di masa lampau, Iran dan Suriah. Namun Hamas semakin mandiri dan kuat, ini terbukti dengan keberhasilannya memenangkan perang November lalu dan membuat Israel bertekuk lutut.

Memburuknya kondisi Mesir pasca kudeta militer akhirnya ikut membawa dampak negatif terhadap perekonomian dan stabilitas politik di Jalur Gaza. Namun pemerintah Gaza telah membentuk sebuah komite menteri untuk menangani krisis ekonomi yang terjadi baru-baru ini sebagai rentetan dampak kudeta militer di Mesir dan penutupan ratusan terowongan yang merupakan salah satu nadi kehidupan rakyat Gaza pasca blokade Israel sejak 2007 lalu.

Penghancuran terowongan ini menyebabkan timbulnya krisis baru di Jalur Gaza karena terhentinya pasokan barang-barang mencapai 90%. Hal ini menimbulkan kelangkaan bahan bangunan dan bahan bakar dari Mesir. Akirnya mereka harus memasok dari Israel dengan harga lebih tinggi mencapai dua kali lipat.

Di sisi lain penutupan perlintasan Rafah yang merupakan satu-satunya akses keluar masuk rakyat Gaza menyebabkan ribuan mahasiswa, pengusaha, pasien, warga asing dan rakyat Gaza yang ada di luar negeri terdampat di perbatasan. Hal ini menjadi tekanan bagi Hamas sebagai pemegang kendali pemerintahan di Gaza sejak beberapa tahun belakangan di tengah upaya isolasi internasional. Namun Hamas telah membuktikan kesuksesannya mengatasi kondisi beberapa tahun terakhir  hingga keluar dari tekanan, bahkan mengatasi situasi yang sangat rumit.

Sementara itu pimpinan Otoritas Palestina yang merupakan representasi gerakan Fatah berupaya memanfaatkan tekanan internasional terhadap Hamas dengan ikut menekan dengan isu "wilayah pemberontak" dan mengurangi pembiayaan atas berbagai aktivitas di Gaza.

Akan tetapi situasi di jalur Gaza akan bergantung pada perkembangan Mesir. Sehingga para pemimpin Hamas mulai khawatir dan terus mengupayakan antisipasi serta melakukan langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan. (sinaimesir)
Share this article :
 
Support : Enlightening Your Life With Us |
Copyright © 2012. Ramadhanus - All Rights Reserved
Supported by Gradasi Learning Institute
Jl. T. Nyak Arief No. 11 Lamnyong Banda Aceh, 085277471136 or 085260816081