Istanbul - Perdana Menteri Turki Recep Erdogan mengecam Twitter
dan media sosial secara umum karena penyebaran isu terkait bentrokan
warga dan polisi pada akhir pekan lalu.
Sejumlah
demonstran mengambil alih alun-alun di ibukota Turki pada Jumat dan
Sabtu pekan lalu sebagai respon dari tanggapan brutal pemerintah Turki
terhadap protes isu lingkungan dari masyarakat.
Awalnya mereka
berkumpul untuk memprotes rencana pembangunan mal di sebuah taman. Tapi
tindakan keras dari polisi membuat ribuan demonstran lainnya bergabung
dan menyebar ke hampir 50 kota selama akhir pekan.
Erdogan menyebut ini adalah efek dari penyebaran isu di media sosial, dengan secara khusus menyoroti Twitter.
"Ada
kutukan yang disebut Twitter. Ini (Twitter) semua adalah kebohongan..
Hal yang disebut media sosial itu adalah kutukan dari masyarakat saat
ini," ujarnya dalam sebuah wawancara.
Ironisnya, akun jejaring
sosial resmi milik Erdogan seperti Facebook ternyata memiliki jumlah
pengikut yang tinggi. Di Facebook, ia memiliki dua juta orang yang
memberi 'like' pada laman Facebook miliknya.
Bahkan ia ternyata
memiliki akun Twitter dengan 2,7 juta pengikut, meskipun kedua jejaring
tersebut dioperasikan oleh staf Erdogan, seperti diwartakan TheNextWeb.
Erdogan
pun nampaknya lupa bahwa Twitter dan jejaring sosial lainnya adalah
alat revolusi pemerintahan terbaik saat ini, bahkan menggantikan senjata
api.
Rentetan revolusi di wilayah Timur Tengah atau Arab Spring
adalah contoh terbaik dari fungsi Twitter yang beralih menjadi alat
revolusi utama. [ikh/inilah]