Kabinet
koalisi baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu disumpah hari Senin
(18/3/2013) setelah mendapatkan persetujuan parlemen.
Walaupun kabinet kali ini lebih banyak memasukkan partai-partai
moderat, di mana Yahudi ultra-Orthodoks tidak lagi masuk dalam koalisi,
namun para pejabat Yahudi yang duduk dalam pemerintahan dan parlemen
Israel sekarang ini banyak yang merupakan pendukung dan penduduk
pemukiman Yahudi, sehingga sangat mungkin akan menghambat pembicaraan
damai dengan Palestina.
Meskipun pemerintahan baru mendukung perluasan pemukiman Yahudi,
namun dalam pidatonya Netanyahu sempat bermanis kata dengan mengatakan
bahwa pemerintahannya “mengulurkan tangan perdamaian” kepada Palestina.
“Dengan rekan Palestina yang berkehendak untuk melakukan negosiasi
dengan kepercayaan tulus, Israel akan bersiap-siap untuk kesepakatan
historis yang akan mengakhiri konflik dengan Palestina selamanya,”
katanya, mengulangi janji yang dibuatnya saat memulai perundingan damai
seumur jagung tahun 2010, lansir Aljazeera.
Menteri pertahanan Zionis yang baru Moshe Yaalon, seorang anggota
Partai Likud, menentang tindakan pembekuan apapun atas pemukiman Yahudi
yang menjadi tuntutan Palestina untuk memulai kembali pembicaraan damai
yang disponsori Amerika Serikat.
Penghentian pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan
wilayah-wilayah lain Palestina seperti Al-Quds Timur, dan Jalur Gaza,
harus ditandatangani oleh menteri pertahanan Zionis.
Pendahulu Yaalon, Ehud Barak, yang memimpin partai kiri-tengah tetapi
tidak mengikuti pemilu Januari kemarin, kerap dituding Yahudi menunda
pembangunan pemukiman bagi mereka.
Pemukiman Yahudi yang didirikan diaas tanah-tanah milik warga
Palestina merupaka pelanggaran hukum internasional, yang hingga kini
tidak mendapatkan perhatian serius dari dunia kecuali hanya erupa
kecaman.* (hidayatullah)