Niatku; Taat kepada
perintah Allah
“ Dan
hendaklah kalian berjihad di jalan-Nya ”
(Qs.
Al-Maaidah: 35)
Semangatku; Berupaya dalam
kesungguhan dalam melayani agamaku, agama Allah
Tekadku: Aku akan tekuk
lututkan orang-orang kafir dengan tentaraku, tentara Allah
Pikiranku; Terpusat pada
pembebasan, atas kemenangan dan kejayaan, dengan kelembutan Allah
Jihadku; dengan jiwa
dan harta dan apa yang tersisa di dunia setelah ketaatan pada perintah Allah
Kerinduanku; Perang dan
perang, ratusan ribu kali untuk
mendapatkan ridho Allah
Harapanku; Pertolongan
dan kemenangan dari Allah, dan ketinggian negara ini atas musuh-musuh Allah
Itulah
syair Muhammad Al-Fatih sang penakluk konstantinopel saat beliau menggambarkan
dirinya di masa remaja. Pribadi yang luar biasa ini ditunjang oleh pendidikan Islam
yang ditanamkan oleh kedua orang tua dan para guru yang luar biasa pula, yang
membuatnya semakin dekat dengan Allah SWT. Sehingga Allah mempercayakan
penaklukan konstantinopel di tangannya.
Al-Fatih kecil adalah anak yang memiliki
sifat yang keras, gemar melakukan sesuatu yang tidak biasa, dan sulit
dikendalikan. Hal tersebut justru dijadikan ayahnya sebagai modal untuk
menjadikannya sebagai seorang pemimpin. Ayahnya menugaskan Syaikh Ahmad Al
Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin untuk mengarahkan kekerasan watak Al-Fatih dan
membentuk kepribadiannya. Meskipul Al-Fatih kecil adalah anak seorang sultan
(pemimpin negeri), dia tetap tidak luput dari hukuman berupa pukulan jika tidak
menuruti perintah sang ulama.
Dari
para ulama tersebut, Al-Fatih kecil mempelajari berbagai disiplin ilmu, baik
ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, tsaqafah Islam, ilmu fiqih, ilmu bahasa,
astronomi, matematika, kimia, fisika, teknik peran dan militer. Berkat motivasi
dan kemauan kerasnya, pada usia kurang dari 17 tahun Al-Fatih mampu menguasai
bahasa Arab, Turki, Persia, Prancis, Yunani, Serbia, Hebrew, dan Latin. Selain
itu, beliau juga memiliki kompetensi yang baik dalam ilmu sejarah, geografi,
syair dan puisi, seni, serta ilmu terapan. Kemampuannya dalam strategi
perangpun tidak kalah luar biasa.
“
Konstantinopel akan takluk di tangan seorang laki-laki maka sebaik-baiknya
pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baiknya tentara adalah tentaranya ”. (HR.
Ahmad)
Syaikh
Aaq Syamsuddin menyakinkan Al-Fatih bahwa pemimpin yang dimaksud dalam hadis
tersebut adalah dirinya. Setiap hari sang ulama menceritakan tentang perjuangan
Rosulullah dan pengorbanannya dalam menegakkan Islam, dan menanamkan kepribadian
Rosul melalui pendidikan Sirah-nya.
Sehingga Nabi Muhammad SAW, menjadi inspirasi utama dalam hidupnya.
Keyakinan
tersebut juga sudah ditanamkan terlebih dahulu oleh orang tuanya. Ayah nya mulai
melatihnya dengan memberikan kepercayaan untuk menjadi gubernur amasya (wilayah
kesultanan utsmani) saat masih berusia 6 tahun. Begitupun dengan ibunya.
Semenjak Al-Fatih lahir, setiap hari ibunya membawanya pergi ke luar istana dan
berdiri di sebuah tebing yang menghadap ke arah konstantinopel sambil berkata:
“
Wahai anakku, disana terdapat kota Konstantinopel, dan Rosulullah SAW bersabda:
Konstantinopel akan takluk di tangan seorang laki-laki maka sebaik-baiknya
pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baiknya tentara adalah tentaranya.
Ketahuilah anakku, engkau lah orangnya ”.
Disamping
itu, Al-Fatih remaja merupakan remaja istimewa yang selalu bersungguh-sungguh
menjaga ibadahnya. Dia sering menyibukkan dirinya dengan bertaqarrub kepada Allah SWT. Dia adalah
satu-satu nya panglima yang tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah, bahkan
tidak pernah masbuq. Semenjak baligh hingga wafatnya, dia juga tidak
pernah meninggalkan sholat malam dan shalat rawatib. Dia yakin bahwa
keberhasilnnya harus berbanding lurus dengan kedekatannya kepada Allah sebagai
Maha Penolong dan Maha Pemberi Kemenangan.
Jelaslah
bahwa dibalik keberhasilan sang penakluk, ada doa dan bimbingan dari orang tua
yang shalih. Ada pendidikan yang ikhlas dan serius dari para ulama yang shalih,
dan ada keyakinan dan kedekatan luar biasa dengan Allah SWT. Semuanya membentuk
sebuah sinergi untuk menjalankan visi misi perjuangan Islam.
Semoga
semakin banyak lahir the next
Al-Fatih di abad ini. Tidak hanya namanya, tapi perjuangannya yang nyata.
Allahu Akbar!.
Nayu Irawati
Ibu Rumah Tangga dan Anggota Kelompok Studi Palestina
(Islamedia)
