DR.Abbas Syuman Wakil Al-Azhar mengatakan bahwa Konstitusi Baru Mesir
akan memperkuat jalannya demokrasi baru di Mesir dan sebagai jembatan
bagi kestabilan kehidupan rakyat Mesir yang agung ini, seperti yang
dilaporkan web "almasryalyoum" kemarin (15/01).
Sesaat setelah memberikan suaranya pada referendum di daerah Tajammuk 5,
dalam pernyataannya Syuman menambahkan: "Gelombang partisipan
referendum yang ikut serta adalah bukti cinta mereka kepada Mesir, dan
kami dari Al-Azhar ingin menegaskan bahwa Negeri ini tidak akan stabil
kecuali oleh rakyatnya, militernya dan Apkamnya, dan "yes" untuk
Konstitusi berarti "yes" untuk Mesir dan stabilitas Mesir, meakipun para
teroris (bc:Islamis, red) dan para pendengki berusaha keras untuk
menelantarkan Mesir dan menginginkannya mundur lagi ke belakang.
Syuman juga menegaskan bahwa Sudah menjadi kewajiban dan keharusan bagi
Jenderal Sisi kedepan untuk mencalonkan diri menjadi Presiden karena hal
itu sudah menjadi tuntutan rakyat Mesir.
Sementara itu, seperti yang diberitakan oleh web "gate.ahram.org.eg"
bahwa Al-Azhar mengucapkan ribuan terimakasihnya kepada warga yang sudah
berpartisipasi pada referendum Mesir, karena partisipasi itu adalah
gambaran bahwa rakyat Mesir sudah kembali tersadar dan bangkit serta
sudah siap menghadapi berbagai tantangan.
Disisi lain, The Egyptian Center for Media Studies and Public Opinion,
menurunkan laporan bahwa tingkat partisipasi rata-rata diseluruh Mesir
tidaklah besar seperti yang dikatakan Al-Azhar. misalnya pada hari
pertama referendum cuma sebesar 11%, sementara di daerah-daerah pedalam
menunjukan hasil yang jauh dibawah itu, yang hanya berkisar 3% saja
khususnya daerah-daerah pedalaman Selatan Mesir (Sha'id). Angka
tertinggi partisipan cuma 13% saja itupun di Cairo.
Bagaimana Al-Azhar dapat mengklaim bahwa Konstitusi ini adalah jembatan
menuju stabilitas Mesir, sementara proses referendum sendiri diwarnai
dengan kerusuhan dan nyawa-setidaknya 11 nyawa-yang berterbangan lewat
tangan-tangan ganas pihak keamanan.
Seperti yang sama-sama diketahui bahwa pihak keamanan Mesir turun
membubarkan gelombang demostrasi menolak Kudeta di sekitar Istanah El
Ittihadiyyah dan menangkap tidak kurang dari 444 demonstran Pendukung
legitimasi-seperti yang diumumkan oleh Kementrian Dalam Negeri- pada
saat berlangsungnya Referendum. Militer juga menutup total Lapangan
Tahrir, sedangkan disana-sini gelombang demo mengecam Referendum terus
meledak di Seluruh santreo Mesir.
Di tempat lain, para saksi mata melihat pesawat-pesawat Heli milik
Militer terus terbang rendah dan terdengar banyak suara tembakan di
daerah Nahya-Giza dimana pihak keamanan menyerang demonstran Anti Kudeta
yang sedang dalam iring-iringan mengantar 3 mayat putra-putra
Nahya-Giza yang meregang nyawa pada hari Selasa (14/1) ditembus peluru
panas Apkam.
Sebagaimana gelombang demostrasi terus bergejolak diberbagai tempat pada
hari Rabu (15/01) pagi kemarin, seperti di Hilmiyyat Zaitun Utara Cairo
dalam rangka mengecam Referendum Konstitusi.
Sedangkan di Alexandria, Ahmad Abdul Hafiz Reporter Aljazeera.Net,
melaporkan pendukung legitimasi mengkordinir beberapa gelombang
demonstrasi pengecaman dan boikot terhadap referendum.
Dan menurut laporan yang sama, pihak keamanan yang dibantu oleh militer
juga membubarkan Gelombang demonstran di daerah As-Suyuf yang mengajak
warga utuk memboikot Referendum, sehingga gas-gas air mata "mencekik"
anak-anak dan wanita dan Apkam menangkap tidak kurang dari 9 orang
demonstran.
Dalam pada itu, Jamaah Islamiyyah mengeluarkan pernyataan bahwa
Mayoritas Besar Rakyat Mesir memboikot Referendum Konstitusi, rakyat
tidak rela memberi warna legitimasi pada "Road Map" dan
prosedur-prosedur yang dijalankan oleh Kudeta. Jamaah Islamiyyah juga
menyatakan bahwa Tingkat partisipasi rakyat pada referendum sangatlah
rendah dan itu terlihat secara kasat mata.
Jamaah Islamiyyah mengingatkan bahwa usaha-usaha yg dilakukan kudeta
untuk memaksakan Konstitusinya dengan cara-cara yang curang dan culas
hanya akan menambah runcingnya pertikain, Jamaah juga menambahkan bahwa
pemboikotan besar pada konstitusi ini adalah bukti bahwa gelanggang
penolakan kudeta semakin meluas dan membesar setiap harinya.
Sementara dari pihak lain, gerakan pemuda dan mahasiswa 6 April meminta
kepada Panitia Umum Referendum untuk segera melakukan investigasi secara
transparan terhadap semua bentuk pelanggaran yang terjadi saat
referendum berlangsung. [Islamedia/Rs]