Home » , »
Sepertinya, apapun kata Dunia dan Mayoritas Ulama dan fatwa-fatwa tentang keharaman ikut serta pada Referendum Kudeta dan berbagai mudharat yang akan ditimbulkannya serta ribuan nyawa dan darah yang sudah ditumpahkan oleh Kudeta, tidaklah menjadi halangan bagi sebahagian petinggi Al-Azhar seperti Ahmad Thayeb untuk tetap mendukung Konstitusi Baru yang sudah ditelanjangkan dari identitas keislamannya, dan bahkan sudah mengkerdilkan Al-Azhar sendiri.


DR.Abbas Syuman Wakil Al-Azhar mengatakan bahwa Konstitusi Baru Mesir akan memperkuat jalannya demokrasi baru di Mesir dan sebagai jembatan bagi kestabilan kehidupan rakyat Mesir yang agung ini, seperti yang dilaporkan web "almasryalyoum" kemarin (15/01).
Sesaat setelah memberikan suaranya pada referendum di daerah Tajammuk 5, dalam pernyataannya Syuman menambahkan: "Gelombang partisipan referendum yang ikut serta adalah bukti cinta mereka kepada Mesir, dan kami dari Al-Azhar ingin menegaskan bahwa Negeri ini tidak akan stabil kecuali oleh rakyatnya, militernya dan Apkamnya, dan "yes" untuk Konstitusi berarti "yes" untuk Mesir dan stabilitas Mesir, meakipun para teroris (bc:Islamis, red) dan para pendengki berusaha keras untuk menelantarkan Mesir dan menginginkannya mundur lagi ke belakang.
Syuman juga menegaskan bahwa Sudah menjadi kewajiban dan keharusan bagi Jenderal Sisi kedepan untuk mencalonkan diri menjadi Presiden karena hal itu sudah menjadi tuntutan rakyat Mesir.
Sementara itu, seperti yang diberitakan oleh web "gate.ahram.org.eg" bahwa Al-Azhar mengucapkan ribuan terimakasihnya kepada warga yang sudah berpartisipasi pada referendum Mesir, karena partisipasi itu adalah gambaran bahwa rakyat Mesir sudah kembali tersadar dan bangkit serta sudah siap menghadapi berbagai tantangan. 
Disisi lain, The Egyptian Center for Media Studies and Public Opinion, menurunkan laporan bahwa tingkat partisipasi rata-rata diseluruh Mesir tidaklah besar seperti yang dikatakan Al-Azhar. misalnya pada hari pertama referendum cuma sebesar 11%, sementara di daerah-daerah pedalam menunjukan hasil yang jauh dibawah itu, yang hanya berkisar 3% saja khususnya daerah-daerah pedalaman Selatan Mesir (Sha'id). Angka tertinggi partisipan cuma 13% saja itupun di Cairo.
Bagaimana Al-Azhar dapat mengklaim bahwa Konstitusi ini adalah jembatan menuju stabilitas Mesir, sementara proses referendum sendiri diwarnai dengan kerusuhan dan nyawa-setidaknya 11 nyawa-yang berterbangan lewat tangan-tangan ganas pihak keamanan.
Seperti yang sama-sama diketahui bahwa pihak keamanan Mesir turun membubarkan gelombang demostrasi menolak Kudeta di sekitar Istanah El Ittihadiyyah dan menangkap tidak kurang dari 444 demonstran Pendukung legitimasi-seperti yang diumumkan oleh Kementrian Dalam Negeri- pada saat berlangsungnya Referendum. Militer juga menutup total Lapangan Tahrir, sedangkan disana-sini gelombang demo mengecam Referendum terus meledak di Seluruh santreo Mesir.
Di tempat lain, para saksi mata melihat pesawat-pesawat Heli milik Militer terus terbang rendah dan terdengar banyak suara tembakan di daerah Nahya-Giza dimana pihak keamanan menyerang demonstran Anti Kudeta yang sedang dalam iring-iringan mengantar 3 mayat putra-putra Nahya-Giza yang meregang nyawa pada hari Selasa (14/1) ditembus peluru panas Apkam.
Sebagaimana gelombang demostrasi terus bergejolak diberbagai tempat pada hari Rabu (15/01) pagi kemarin, seperti di Hilmiyyat Zaitun Utara Cairo dalam rangka mengecam Referendum Konstitusi.
Sedangkan di Alexandria, Ahmad Abdul Hafiz Reporter Aljazeera.Net, melaporkan pendukung legitimasi mengkordinir beberapa gelombang demonstrasi pengecaman dan boikot terhadap referendum.
Dan menurut laporan yang sama, pihak keamanan yang dibantu oleh militer juga membubarkan Gelombang demonstran di daerah As-Suyuf yang mengajak warga utuk memboikot Referendum, sehingga gas-gas air mata "mencekik" anak-anak dan wanita dan Apkam menangkap tidak kurang dari 9 orang demonstran.
Dalam pada itu, Jamaah Islamiyyah mengeluarkan pernyataan bahwa Mayoritas Besar Rakyat Mesir memboikot Referendum Konstitusi, rakyat tidak rela memberi warna legitimasi pada "Road Map" dan prosedur-prosedur yang dijalankan oleh Kudeta. Jamaah Islamiyyah juga menyatakan bahwa Tingkat partisipasi rakyat pada referendum sangatlah rendah dan itu terlihat secara kasat mata.
Jamaah Islamiyyah mengingatkan bahwa usaha-usaha yg dilakukan kudeta untuk memaksakan Konstitusinya dengan cara-cara yang curang dan culas hanya akan menambah runcingnya pertikain, Jamaah juga menambahkan bahwa pemboikotan besar pada konstitusi ini adalah bukti bahwa gelanggang penolakan kudeta semakin meluas dan membesar setiap harinya.
Sementara dari pihak lain, gerakan pemuda dan mahasiswa 6 April meminta kepada Panitia Umum Referendum untuk segera melakukan investigasi secara transparan terhadap semua bentuk pelanggaran yang terjadi saat referendum berlangsung. [Islamedia/Rs]
Share this article :
 
Support : Enlightening Your Life With Us |
Copyright © 2012. Ramadhanus - All Rights Reserved
Supported by Gradasi Learning Institute
Jl. T. Nyak Arief No. 11 Lamnyong Banda Aceh, 085277471136 or 085260816081