Sungguh, kami salut dan takjub dengan orang-orang yang berusia muda (juga telah tua namun memiliki semangat yang kadang lebih kencang dari anak muda), yang kontribusinya untuk dakwah sungguh amat luar biasa.
Sementara teman-teman seusianya sedang sibuk merisaukan harga tiket
bioskop yang naik, ia sibuk menyusun program kerja untuk Dakwah Kampus,
Dakwah Sekolah, dan Dakwah di Masyarakat.
Ketika teman-teman seusianya lebih banyak habiskan anggaran untuk
hiburan dan hangout, ia infaqkan harta yang ia miliki untuk agenda
dakwah.
Ketika teman-teman seusianya nongkrong di coffee shop, sepekan bisa
3 kali nonton bioskop, ia sedang menghadiri halaqah, majelis ta’lim,
dan majelis ilmu lainnya untuk menambah ilmu dan hafalan alqur’an.
Ketika teman seusianya sekedar memikirkan kesejahteraan diri dan
keluarganya semata, ia memikirkan bagaimana agar masyarakat juga
sejahtera.
Dan mirisnya, ketika ia tengah sibuk dengan dakwah, malah ada ‘teman-temannya’ yang menuding bahwa ia haus kekuasaan.
Malahan, oleh orang-orang yang mengenalnya pun tidak, sekalipun tak
pernah diberikan taujih olehnya, tak pernah merasakan indahnya
berukhuwah dengannya, tak tau kehalusan akhlaknya, dikatainya ia
‘ngembat sapi’, ‘sok suci’, ‘munafik’, astaghfirullaahal’adziim.
Padahal yang berbicara baru media, bukan fakta. Media yang kita tau
pula siapa penguasanya. Ibanya, pada mereka yang menjadikan bicara
sebagai fakta, bukan menjadikan fakta sebagai bahan untuk bicara. Namun
kami yakin, husnudzon-lah yang dikedepankan pada mereka, karena
barangkali mereka termasuk dalam golongan orang yang belum punya bahan
pertimbangan, orang yang Allah sebutkan dalam AlQur’an surah Al-Isra’a
ayat 36:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Toh yang banyak mencela-lah, yang kian kemari menabur fitnah (QS
AlQalam: 11). Namun kami yakin bahwa engkau, wahai para da’i, telah
memaafkan ketidaktahuan mereka yang menganggap diri mereka seolah
paling tau itu :
Engkau, para da’i, pewaris para Nabi, pastilah telah tau betul
risiko jalan pilihan yang kau tempuh. Baginda Rasulullah dan para Nabi
pembawa wahyu Allah saja punya musuh dan penghalang kala dakwah, apalagi
para pengikutnya. Semoga Allah lembutkan hati mereka untuk menerima
hidayah, agar paling tidak, mereka tak menjadi pengganggu dakwah.
Demikianlah. Beragam tribulasi adalah niscaya. Dan niat karna Allah sajalah yang membuatnya terus bertahan di jalan dakwah.
Sungguh, para da’i, pewaris para Nabi, engkau begitu istimewa
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. 3:104)
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam. bersabda: Barang siapa yang menyeru orang kepada petunjuk
Allah, maka ia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya, dan mereka sedikitpun tidak akan dikurangi pahalanya. Dan
barang siapa yang mengajak orang kepada kesesatan, maka ia akan mendapat
dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, sedikit pun ia tidak akan
dikurangi dosanya”. (HR. Muslim, Malik, Abu Daud, dan Tumudzi).