Jakarta, Asma sering kali kambuh pada waktu yang tidak
bisa diperkirakan sebelumnya, khususnya asma pada anak-anak. Namun saat
ini pemberian pesan teks alias SMS berisi informasi tentang asma secara
rutin bisa menjadi solusi untuk menjauhkan anak dari kambuhnya asma.
Dalam
studi yang dilakukan oleh Georgia Institute of Technology, pasien
anak-anak ditanya tentang gejala yang dirasakan. Lalu mereka diberi
informasi tentang asma melalui pesan teks SMS. Ternyata dalam waktu 4
bulan diketahui ada peningkatan fungsi paru dan pemahaman yang lebih
baik, dibandingkan dengan kelompok lain.
"Tampaknya pesan teks
bertindak sebagai pengingat bagi pasien untuk minum obat dan pada akhir
penelitian terlihat anak-anak sudah paham betul tentang penyakit
mereka," ujar pemimpin penelitian Rosa Arriaga, ilmuwan peneliti senior
di College of Computing's School of Interactive Computing, Georgia Tech.
TJ
Yun, Ph.D, alumni Georgia Tech dan Arriaga telah mempresentasikan
penelitian mereka, "A Text Message a Day Keeps the Pulmonologist Away",
pada 1 Mei 2013 silam di ACM SIGCHI Conference on Human Factors in
Computing Systems 2013, Paris, seperti dikutip dari Cellular News, Senin
(6/5/2013).
Ini merupakan studi intervensi kesehatan melalui SMS
untuk pasien asma anak, yang awalnya diterbitkan pada awal 2012 di
Proceedings of the 2nd ACM SIGHIT International Health Informatics
Symposium.
Asma adalah gangguan pernapasan kronis yang paling
lazim di AS, menyerang sekitar 17,3 juta orang, termasuk lebih dari 5
juta anak-anak. Obat adalah cara utama pasien mengelola gejala asma,
tetapi penelitian menunjukkan kurang dari 30 persen remaja menggunakan
inhaler secara teratur.
Pemberian informasi tentang asma melalui
SMS dilakukan lantaran banyak remaja yang sangat dekat dengan ponsel.
Apalagi hampir 75 persen remaja Amerika memiliki ponsel.
Dalam
studi, para peneliti meneliti 30 anak yang merupakan pasien asma dari
klinik swasta di Atlanta menjadi 3 kelompok, yakni kelompok yang tidak
menerima pesan SMS, kelompok yang menerima pesan teks pada hari
tertentu, dan kelompok yang menerima teks setiap hari. Mereka adalah
anak-anak yang berusia antara 10-17 tahun dan memiliki sebuah ponsel.
Selama
4 bulan, ada 87 persen dalam kelompok yang menanggapi pesan SMS
tersebut, dan waktu respons rata-rata berjarak 22 menit. Tim peneliti
kemudian menganalisis pasien yang memiliki tindak lanjut kunjungan
dengan dokter dan menemukan bahwa anak yang mengirimkan setidaknya 1
pesan teks sehari, hasil klinisnya membaik.
"Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesadaran dan pengetahuan sangat penting untuk orang
yang terlibat dalam perilaku proaktif untuk memperbaiki kondisi mereka,"
ungkap Arriaga. (detik)