Tak
hanya mempengaruhi bentuk mulut saja, empeng juga menyebabkan gigi
tonggos jika durasi dan frekuensi penggunaannya sudah berlebihan.
Benarkah?
Semakin sering empeng digunakan, maka
kemungkinan mengalami gigi tonggos akan semakin besar. Cara
penggunaannya juga turut berpengaruh.
Sebab, tidak
sedikit bayi yang hobi menarik-narik empengnya ke atas. Pada akhirnya,
cara ini dapat berpengaruh pada pertumbunan rahang, gigi, dan mulut si
kecil.
Penggunaan empeng hingga lebih dari usia dua
tahun juga bisa memperparah kondisi tersebut. Oleh karenanya, hentikan
secara bertahap penggunaan empeng ketika usia anak masih di bawah dua
tahun.
Alasannya, rahang masih bisa melakukan
koreksi dengan sendirinya sesuai dengan bentuk rahang dan posisi gigi.
Namun selewat itu, kelainan bentuk rahang dan gigi sulit dikoreksi.
Penelitian
yang ada saat ini juga menyebutkan, kebiasaan mengisap jari yang
berlebihan bisa mengganggu pertumbuhan rahang dan gusi. Selain itu,
bentuk bibir juga berkemungkinan mengalami perubahan karena mengikuti
rahang.
Bibir jadi sedikit maju ke depan. Tentu
saja kondisi ini akan semakin parah bila anak "berbakat" memiliki gigi
maju. Jadi, hentikan penggunaan empeng jauh-jauh hari sebelum anak
merasa terganggu dengan penampilannya kelak.
Ketahui sumber permasalahannya
Kebiasaan
mengempeng atau mengisap jari muncul pada fase oral. Fase dimana anak
mendapat kepuasan dengan sensasi pada mulutnya. Fase ini berlangsung
sejak anak lahir hingga berusia 18 bulan.
Aktivitas
pada fase oral adalah makan, mengedot, mengempeng dan mengisap jari.
Pada sebagian anak, aktivitas tersebut berhubungan dengan kemampuannya
mendapatkan kenyamanan.
Ketika orangtua memberikan
empeng, dot, atau membiarkan anak mengisap jarinya untuk menenangkan
diri tanpa mau tahu penyebabnya, berarti orangtua secara tidak langsung
memberi penguatan pada perilaku ini hingga berkembang menjadi kebiasaan
sampai di usia prasekolah.
Padahal kerewelan anak
dapat disebabkan berbagai faktor. Bisa karena kesepian, ingin diajak
main, kepanasan, kedinginan, lapar, tidak nyaman karena popoknya basah
atau merasa tidak aman.
Bisa jadi juga, awalnya
ketika si prasekolah diminta untuk tidur sendiri atau supaya nyenyak
tidurnya, orangtua memberikan benda tertentu sebagai teman. Akhirnya
anak jadi terbiasa, dan merasa tak nyaman bila tidur tanpa didampingi
benda kesayangannya itu.
Sebab lain adalah dominasi
emosi negatif. Bila anak lebih banyak mengalami emosi negatif atau yang
kurang baik dan hanya sedikit sekali mengalami emosi yang menyenangkan,
akan memunculkan rasa gelisah dan kurang aman sehingga dapat mendorong
anak menjadi bergantung atau terikat secara emosional dengan mainan atau
benda-benda lainnya.
Nah, setelah mengetahui
penyebabnya, tentu penyebabnya ini harus diatasi. Karena kalau tidak,
anak tetap tidak akan merasa aman dan nyaman, sehingga perilaku
ngempengnya pun tak berakhir.
Jadi, seiring dengan
mengatasi penyebabnya, orangtua juga berusaha mengu-bah perilaku
ngempeng tersebut. Namun jangan berharap anak akan segera berubah,
karena hal ini membutuhkan waktu, tak bisa dilakukan dalam sekejap.
[berbagai sumber/mor]