Dijalan dakwah kita tak mengenal musim gugur
Selalu ada dihati kita musim semi yang ditumbuhi bebunga
Dijalan dakwah kita tak pernah tahu apa artinya “pensiun”
Selalu ada kerja kerja untuk dakwah yang selalu menggelora
Dijalan dakwah kita tak mengenal “wisuda”
Selalu ada ujian-ujian yang tak henti menyapa
Dijalan dakwah kita tak pernah menginginkan banyak gelar
Selalu ada obsesi, bahagia dengan satu gelar, “S.Ps (Sarjana Penikmat Surga)”
Menjadi bagian dari penyeru kebaikan mungkin tak pernah terbayangkan dibenak kita sebelumnya. Berkat kemurahan Allah SWT kita diberikan kesempatan untuk menjadi bagiannya. Mari kita syukuri nikmat teragung ini. Inilah jalan yang bisa membawa kita ke surganya. Inilah jalan yang selalu memberikan kebahagiaan. Kita bahagia karena kita bermanfaat untuk sesama. Kita bahagia karena waktu kita terlewati dengan kebaikan yang bermakna.
Belajar dari mentari yang bersinar menerangi dunia tanpa pilih kasih. Begitulah seharusnya kita, sebarkan kebaikan kepada sesama tanpa tebang pilih. Semua orang berhak dengan seruan dakwah kita. Semua orang berhak untuk mendapatkan pembelajaran yang menyentuh denyut nadi keimanannya. Percayalah ketulusan kita berdakwah akan berbuah keridhoan Allah. Yakinlah kerja kerja ikhlas kita dijalan ini akan mendatangkan begitu banyak manfaat tiada berbilang.
Ada begitu banyak saudara seperjuagan dijalan ini. Meski sebenarnya tak cukup banyak jika kita bandingkan dengan para penentang dakwah atau para pemuja hidup hedonis. Kehadiran saudara seperjuangan semestinya membuat kita semakin mantap dalam berjuang. Semakin teguh dalam melangkah. Semakin dahsyat dalam menyuarakan kebenaran. Mereka adalah aset termahal kita dalam menjalani hari-hari penuh perjuangan.
Namun sudahkah kita sungguh-sungguh bersyukur atas nikmat kebersamaan disini? Pedulikah kita dengan mereka-mereka yang telah pergi meninggalkan dakwah ini? Pernahkah kia saling mendokan agar diistiqomahkan dijalan ini? Tidakkah kita bersedih saat satu persatu para punggawa dakwah yang dulu sangat bersemangat kini hilang entah kemana? Mereka tanggungjawab kita. Mereka yang telah merasakan kebahagiaan dijalan ini tak layak pergi dan menghilang tak tentu rimba. Mereka harus dikembalikan kejalan yang benar. Jangan sampai kemilau dunia menghilangkannya dari nafas kehidupn dakwah.
Mungkin kita perlu menyediakan masa dimana kita merenung bersama. Mengembalikan memori indah saat bersama-sama disini. Saat indah berbagi cerita, menyebar makna dan mengikat hikmah dengan hati yang selalu bahagia. Kembalikan juga kenangan kita pada nikmatnya saat makan bersama, asyiknya boncengan menuju arena dakwah bahkan saat perdebatan penuh hikmah yang sarat kenangan kebaikan. Rajut kembali kenangan pada masa dimana kita saling mengeja agenda dakwah yang akan kita tuturkan untuk sesama. Kenapa kita keraskan hati untuk tidak peduli dengan urusan mereka yang telah pergi dari jalan ini? Sesungguhnya mereka tanggungjawab kita. Lebih berhak mendengarkan kembali seruan kita. Sebelum yang lainnya.
Untuk kalian yang telah pensiun dari jalan ini. Kejalan manakah kalian melangkah? Adakah jalan yang lebih indah dari jalan dakwah yang telah kau tapaki sebelumnya? Yakinilah bahwa yang lebih indah tidak ada. Jalan dakwah inilah jalan terindah. Karena para nabi pernah menempuhnya. Para Syuhada pernah menikmatinya. Para shalafusshalih pernah merasakan kecupan surganya. Dijalan inilah orang-orang mulia menghabiskan usia hidupnya. Lalu kemanakah dirimu saudaraku?
Untukmmu yang telah pergi, pintu dakwah ini selalu terbuka untukmu. Segera atur langkah hidupmu kembali. Hanya dijalan ini langkahmu menuju kebahagiaan sejati akan engkau dapatkan. Hanya dijalan ini kau temukan persaudaraan sejati. Hanya dijalan ini kau miliki guru kehidupan yang senantiasa ikhlas menuntunmu kejalan kebenaran. Ayo temukan kembali semangat hidupmu dijalan ini sebelum batas usia mengakhirinya. (Islamedia)