Beliau bernama M Panggeng Viharmiles, tinggal di Jl. Hj Ashari Kp. Bojong Asem Rt.05 Rw.10 No.100 Kelurahan Kunciran Indah Kecamatan Pinang Kota Tangerang. Pada hari ahad 30 Desember 2012, Islamediaberkesempatan bersilaturahim ke rumahnya. Beliau seorang tunanetra dengan semangat dakwah yang tinggi. Disela-sela kesibukannya melayani para tamu di klinik pijat miliknya, ia masih bisa membentuk yayasan dan mengedukasi tunanetra lainnya. Yayasan Peduli Kesejahteraan Tunanetra atau disingkat PKTN, sudah terbentuk sejak 20 april 2006.
Diterima dengan hangat di tempat prakteknya, Islamedia langsung diperkenalkan dengan "komputer bicara". Sebuah komputer biasa, tetapi dilengkapi dengan software yang membantu tuna netra mengoperasikan komputer dengan petunjuk suara.
Setelah komputer dinyalakan, tampilan di layar memperlihatkan menu login untuk masuk ke windows. JOSP, nama software pembantu tunanetra, memberitahu Pak Panggeng bahwa ia sedang berada di menu login serta menyebutkan nama user dan administrator. Tidak seperti orang normal, tuna netra mengarahkan cursor menggunakan keyboard. Setelah Pak Panggeng login, Pak Panggeng menekan tombol start. Setelah itu Pak Panggeng menekan keyboard mengarahkan pencarian ke program Microsoft Word. Pak Panggeng bisa menemukan program yang dicari setelah JOPS memberitahu lewat suara bahwa icon Ms Word
Program Microsoft Word terbuka. Pak Panggeng mulai mengetikkan sebuah kata di sana. Setiap huruf yang diketik, JOPS menyebutkannya. Islamedia cukup takjub dengan program tersebut dan terlebih lagi kemampuan Pak Panggeng mengoperasikan komputer.
"Software penuntun tunanetra juga ada yang berbahasa Indonesia, tapi masih kurang canggih dibandingkan JOSP." Tutur Pak Panggeng. "JOSP ini juga membantu saat mengakses internet. Bisa membaca tulisan, juga bisa membaca table." Sayang, saat itu komputer di ruang praktek Pak Panggeng sedang tidak terhubung dengan internet. Sehingga tidak bisa melihat Pak Panggeng mendemokan kemampuannya melakukan surfing di internet. Tapi Islamedia sempat membuka sebuah file dari flashdisk berisi artikel. Dan JOSP membacakan artikel tersebut dengan logat bulenya. Namun begitu, Pak Panggeng yang terbiasa mendengar logat bule JOSP mampu memahami artikel itu.
"Pemerintah kita tidak menyediakan aplikasi ini untuk tunanetra. Kalau beli, harga satu keping CD JOSP tiga juta rupiah. Rata-rata teman-teman tunanetra mendapatkan aplikasi JOSP dengan cara mengcopy. Tidak harus paham bahasa Inggris. Ada teman tunanetra yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan, tapi bisa juga mengoperasika JOSP karena terbiasa."
Dengan komputer bicara lewat shofwer JOSP yang berbahasa Inggris, ini mengharuskan seorang Panggeng serta para tunanetra binaannya harus mengerti bahasa Inggris.
Pak Panggeng adalah anak seorang petani di daerah Boyolali. Anak ke 2 dari 6 bersaudara. Beliau lahir pada 9 September 1976.
Beliau tidak buta sejak lahir. Ketika sedang asyik bermain dengan teman-temannya, Pak Panggeng terkena peluru pistol mainan anak-anak pada mata kirinya. Mata kirinya sakit dan tidak bisa melihat. Dan tragisnya, mata kanannya pun juga tidak bisa melihat. Hingga Pak Panggeng harus kehilangan penglihatannya saat ia duduk di kelas 5 SD, tepatnya tahun 1988.
Ada perjuangan untuk melanjutkan sekolahnya, walau di SLB. Tetapi, perjuangan orang tuanya yang kritis atas ketidak-adilan dalam pembangunan Waduk Kedung Ombo di Bayolali membuat Pak Panggeng kesulitan mengakses SLB. Hingga akhirnya ada seorang wanita katolik aktifis gereja bernama Sita Damayanti yang memberinya informasi keberadaan SLB PSBN, Panti Sosial Bina Netra di Solo.
Setelah sekian lama, akhirnya pada tahun 1995 pak Panggeng dapat mengenyam pendidikan di SLB PSBN. Saat itu Pak Panggeng berusia 18 tahun. Ia masuk ke kelas keterampilan. Selama 2 tahun ia mengenyam pendidikan di sana, dan mengikuti beberapa kursus satu tahun selanjutnya. Selama itu ia tinggal di asrama tunanetra.
Di SLB PSBN itu, Pak Panggeng berkenalan dengan olahraga Judo. Sekolah bekerjasama dengan Komite Olahraga Nasional indonesi (KONI) Surakarta memperkenalkan Judo pada pelajar SLB. Melalui olahraga itu Pak Panggeng menuai prestasi. Pada tahun 1995 ia sudah ikut ekspedisi Pra PON di Ciloto. Pada tahun 1996 ia ikut ekspedisi PON di Jakarta melawan atlet DKI. Ia menang. Lawannya adalah orang normal yang punya penglihatan. Pada tahun 1999 Pak Panggeng pergi ke Thailand mengikuti perlombaan penyandang cacat se Asia Pasifik. Ia memperoleh juara harapan 1. Kalah dalam perebutan medali perunggu oleh atlet Jepang. Kini ia tidak terlalu aktif di olahraga Judo. Hanya sesekali pernah dipanggil dalam beberapa event.
Tahun 1998 Pak Panggeng pindah ke Jakarta, tepatnya di Bangka, Kemang. Lokasinya dekat dengan perguruan tinggi Al-Hikmah.Ia membuka praktek pijat. Pada tahun 2001 ia berkenalan dengan Bapak Soban Jauhari, seorang pelanggannya. Perkenalan itu membuatnya ia bersentuhan dengan dakwah. Tahun 2003 ia berkenalan dengan Aboe Bakar Al-Habsyi. Ia juga berkenalan dengan Anis Matta, Ustadz Hasib, Ahmad Riyadi, dll.
Pada tahun 2008 Pak Panggeng pindah ke Ciledug. Ia menempati tanah yang sudah dibelinya sejak 2006, melalui perantaraan pamannya. Uangnya hasil dari tabungannya sendiri. Mulanya tanah itu ia gunakan untuk praktek dan dakwah. Baru pada tahun 2011 ia hibahkan untuk dakwah, untuk yayasan PKTN.
Lewat Yayasan PKTN yang didirikannya, sebagai rasa kemanusiaan yang dimilikinya, ia meluncurkan beberapa program untuk para penyandang tunanetra. Semua program pendidikan yang diluncurkannya tidak dipungut biaya bagi para tunanetra. Apa saja program pendidikan yang berikan PKTN kepada siswa tunanetra? berikut daftarnya:
1. Pelatihan Komputer Bicara
Materi kursus selalu up to date dan aksesibel bagi tunanetra. Laboratorium
komputer berjaringan internet, dengan komputer terbaru didalam ruangan
khusus. Instruktur yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Tempat
kursus yang mudah dijangkau dan memiiki fasilitas yang memadai bagi
tunanetra. Peserta khusus tidak dipungut biaya.
2. Pelatihan membaca, menulis braille dan Al Quran Braille.
Membaca dan menulis merupakan aktivitas yang penting dalam kehidupan.
Aktivitas membaca dan menulis memungkinkan seseorang dapat menempuh
pendidikan, memperoleh pekerjaan, mendapatkan informasi berbentuk
tulisan, melakukan komunikasi, dan mendapatkan hiburan.
3. Konseling
Layanan Konseling Ketunanetraan adalah sebuah layanan yang
diselenggarakan untuk membantu memulihkan keseimbangan psikologis,
mental, serta sosioemosional, bagi mereka yang baru mengalami penurunan
atau hilangnya fungsi indra penglihatan. Layanan Konseling ini juga
diselenggarakan untuk membantu para tunanetra mengatasi berbagai
permasalahan psikologis dan sosioemosional yang dihadapi di dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pelatihan Orientasi dan Mobilitas
adalah sebuah latihan yang bertujuan untuk membekali para tunanetra
dengan kemampuan dan keterampilan manfaatkan keseluruhan indra dalam
upaya mengenali lingkungan, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efektif
dan aman. Tunanetra yang telah memiliki keterampilan Orientasi dan
Mobilitas Diharapkan menjadi mandiri dalam kesehariannya dan memiliki
kepercayaan diri untuk melanjutkan kehidupannya. Pelatihan Orientasi dan
Mobilitas dilakukan oleh dua instruktur yang profesional dengan metode
pengajaran individual. Pelatihan ini berlangsung kurang lebih 4 bulan,
dengan memperhatikan derajat ketunanetraan Klien, serta berpusat pada
Dengan kegigihannya Pak Panggeng telah memiliki binaan lebih dari 70 orang. selain program pendidikan di atas, Pak Panggeng juga punya jadwal rutin ta'lim dengan seluruh binaan nya sepekan sekali dengan menghadirkan ustadz dari luar. Subhanallah..
Kini Pak Panggeng hidup dengan 2 anak. Yang besar kelas 5 SD, dan yang kecil berusia 4 tahun. Dengan tanggung jawab kepada keluarganya, ia masih sempatkan membina yayasan dengan infak dari kantungnya. Ia sedang membangun gedung 2 lantai untuk kegiatan pendidikan tunanetra. Bagi Sahabat Islamedia bisa membantunya di rekening: 273 1397734 A/n : Yuli Wahyono BCA Dewi Sartika. (Islamedia)